Perang Salib & serangan bangsa Mongol

Posted by Unknown on 08.22 with 1 comment


A.    SEJARAH PERANG SALIB 
Gambar 1. Peta pristiwa perang salib
   1. Timbulnya Perang Salib
   Perang salib (The Crusader War) adalah serangkaian perang agama selama hampir dua abad sebagai reaksi kristen eropa terhadap Islam asia. Perang ini terjadi karena sejumlah kota dan tempat suci Kristen diduduki Islam sejak 632, seperti di Suriah, Asia Kecil, Spanyol, dan Sicilia. Militer Kristen menggunakan salib sebagai simbol yang menunjukkan bahwa perang ini suci dan bertujuan membebaskan kota suci baitul maqdis (Yerusalem) dari orang Islam.
Perang salib awalnya disebabkan adanya persaingan pengaruh antara Islam dan Kristen. Penguasa Islam AIP Arselan yang memimpin gerakan ekspansi yang kemudian dikenal dengan “Peristiwa Manzikart”.[1]Pada tahun 464 H (1071 M), tentara ALP Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salip. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Seljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan Dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir.[2]Menurut Phillip K. Hittin, Perang Salib adalah reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia. Dilihat dari sudut lain, maka faktor-faktor yang turut menimbulkan perang salib ialah keinginan mengembara kemiliteran bangsa Tentonia. Akan tetapi, yang merupakan penyebab langsung terjadinya perang salip ialah permintaan kaisar Alexius Comnenus tahun 1095, kepada Paus Urbanus II. Kaisar dari Bizantium ini meminta bantuan dari Romawi, karena daerah-daerahnya yang tersebar sampai ke pesisir laut Marmura ditindas-binasakan oleh Bani Saljuk. Bahkan, kota Konstantinopel pusat kekuasaan Romawi diancam direbut oleh kaum muslimin.[3]     2. Sebab-sebab Perang SalibAda beberapa faktor yang memicu terjadinya perang salip. Adapun yang menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya perang salib, ada tiga hal, yaitu agama, politik, dan sosial ekonomi.         a)      Faktor agama      Sejak dinasti Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fathimiyah pada tahun 1070 M, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah ke sana karena penguasa Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan ibadah ke Baitul Maqdis. Umat Kristen merasa perlakuaan apara penguasa Dinasti Saljuk sangat berbeda dari para penguasa islam lainnya yang pernah berkuasa di kawasan itu sebelumnya.         b)      Faktor politikKetika itu dinasti Saljuk di Asia Kecil sedang mengalami perpecahan, dan Dinasti Fathimiyah di Mesir dalam keadaan lumpuh, sementara kekuasaan islam di Spanyol semakin goyang. Situasi yang demikian, mendorong para penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu persatu daerah kekuasaan islam, seperti dinasti kecil di Edessa dan Baitul Maqdis.         c)      Faktor sosial ekonomiStratifikasi sosial masyarakat eropa ketika itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu kaum gereja, kaum bangsawan, serta kesatria, dan rakyat jelata. Meskipun merupakan mayoritas dalam masyarakat, kelompok yang terakhir ini menempati kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas dan terhina. Oleh karena itu, mereka di mobilisasi oleh pihak-pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam perang salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik apabila perang dapat di menangkan. Mereka menyambut seruan itu secara spontan dengan melibatkan diri dalam perang tersebut.[4]
3.      Periodisasi Perang SalibPara sejarawan berbeda pendapat dalam menetapkan periodisasi perang salib. Prof. Ahmad Syalabi dalam At-Tarikh Al Islami wa Al-Hadharat Al-Islamiyyah misalnya, membagi periodisasi perang salib itu terbagi atas tujuh periode.Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A, bahwa perang salib dapat dibagi dalam 3 periode. Menurut Phillip K. Hitti dalam The Arabs A Short History, pembagian perang salib yang lebih tepat adalah sebagai berikut:         1.      Periode penaklukkan (1096-1144 M)         2.      Periode reaksi umat islam (1144-1192 M)         3.      Periode perang Saudara kecil-kecilan atau periode kehamcuran dalam pasukan salib (1192-                 1291 M). disebut Perang Saudara kecil-kecilan atau periode ini mudah dikenal disemangati                  ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat materi daripada                         motivasi agama. [5]a.       Periode pertama (1095-1147 M)
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju konstantinopel, kemudian ke palestina. Tentara salib yang dipimpin oleh Gudfrey, Bohemond, dan Raymond, ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai Raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan II di Timur. Bohemond dilantik sebagai rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (15 Juli 1099 M) dan mendirikan kerajaan Latin II dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukkan Baitul maqdis itu, tentara salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, rajanya adalah Raymond. [6]
b.      Periode kedua (1147-1179 M)Pada tahun 1147-1179 M dipimpin oleh raja Louis VII dari Perancis, Kaisar Krurad dari jerman, dan putra Roger dari Sisilia. Menyambut kedatangan angkatan kedua Salibiyah, muncullah pahlawan Nuruddin Zanki, Putra Imanuddin Zanki dan tentara Salib II tidak dapat berbuat banyak, bahkan dimana-mana dapat dikalahkan.Di Mesir peperangan salib ini melahirkan pahlawan yang termansyur namanya ialah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi. Dengan pimpinan Shalahuddin ini bahkan tentara Islam dapat merebut kembali Baitul Maqdis, kota yang menjadi tujuan tentara salib.[7]c.       Periode ketigaTentara Salib pada periode ketiga ini dipimpin oleh raja jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir terlebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan mendapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibti.Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat Raja mesir dari Dinasti Ayyubiyah. Waktu itu, Al-Malik Al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain, Frederick bersedia melepaskan dimyat, sementara Al-Malik Al-Kamil melepaskan Palestina. Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa Pemerintahan Al-Malik Al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalwun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M.[8]Demikianlah perang salib yang terjadi di timur. Perang ini tidak hanya berhenti di barat, di Spanyol, sampai akhirnya umat Islam terusir dari Spanyol Eropa. Akan tetapi, meskipun demikian mereka tidak dapat menurunkan bendera Islam dari Palestina. [9]
Gambar 2. peta inpeksi bangsa mongol pada kerajaan islam

B.     SERANGAN (INVASI) TENTARA MONGOL1.      Silsilah Bangsa MongolFakta sejarah mengungkapkan bahwa pelopor bangsa Mongol adalah Yesugay, ayah dari Chinggis Khan. Setelah kematian Yesugay, Chinggis Khan memimpin bangsa Mongol. Nama jelas Chinggis adalah Temujin yang lahir pada tahun 1154 M. Dan memproklamasikan sebagai Khan (raja) pada tahun 1219, bangsa Mongol menaklukkan Cina seluruh bangsa Tartar. Sejak itu, umat Islam diatur oleh beberapa dinasti baru.Dalam tulisan Ali Mufrodi dijelaskan bahwa asal mula bangsa Mongol ialah dari masyarakat hutan yang mendiami Siberia dan Mongol luar disekitar danau Baikal. Temujin adalah seorang pandai besi yang mencuat namanya karena memenangkan perselisihan dengan orang Khan atau Togril, seorang kepala suku Kereyt. Chinggis sebenarnya adalah gelar bagi temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku Mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206.Chinggis Khan menyempurnakan moral masyarakatnya dengan undang-undang yang dibuatnya, yakni Yasa atau Yasaq. Isi undang-undang tersebut antara lain adalah hukum mati bagi siapa yang berbuat perzinaan, sengaja berbohong, melakukan magic, mata-mata, membantu salah satu dari 2 orang yang berselisih, memberi makan atau pakaian kepada tawanan perang tanpa izin dan bagi yang gagal melaporkan budak belian yang melarikan diri juga dikenakan hukuman mati.Bangsa yang dipimpinnya meluas ke wilayah Tibet (Cina Barat Laut), dan Cina pada tahun 1213, serta dapat menaklukkan Beijing pada tahun 1215. Ia menundukkan Turkistan pada tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah Islam, yakni Khwarazm Syah. Invasi Mongol ke wilayah Islam terjadi karena adanya peristiwa Utrar pada tahun 1218, yaitu ketika Gubernur Khawarazm membunuh para utusan Chinggis yang disertai pula oleh para saudagar muslim.peristiwa tersebut menyebabkan Mongol menyerbu wilayah Islam dan dapat menaklukkan Transoxania yang merupakan wilayah Khwarazm tahun 1219-1220, padahal sebelumnya mereka justru hidup berdampingan secara damai satu sama lain. Kota Bukhara di Samarkand yang didalamnya terdapat makam Imam Bukhari, salah seorang perawi hadis yang termansyur, dihancurkan. Jalaluddin, penguasa Khwarazm yang berusaha meminta bantuan kepada Khalifah Abbasiyah di Baghdad, menghindari diri dari serbuan Mongol. Ia diburu oleh lawannya hingga ke india pada tahun 1221, dan akhirnya ia lari ke barat. Toluy, salah seorang anak Chinggis, diutus ke Khurasan, sementara anaknya yang lain, yakni Jochi dan Chaghatay bergerak untuk merebut wilayah sungai Sir Darya Bawah dan Khwarazm.Wilayah kekuasaan Jengis Khan yang luas tersebut dibagi untuk empat orang putranya sebelum ia meninggal dunia pada tahun 624/1227. Pertama ialah Jochi, anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagian barat dan stepa Qipchaq yang membentang hingga ke Rusia Selatan, di dalamnya terdapat Khwarazm. Kedua adalah Chaghatay, mendapat wilayah yang membentang ke timur, sejak Transoxania hingga Turkistan Timur atau Turkistan Cina. Ketiga  bernama Ogedey, adalah putra Jengis Khan yang terpilih oleh Dewan Pemimpin Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah di Pamirs dan T’ien Syan. Keempat ialah Toluy, si bungsu mendapat bagian wilayah Mongolia sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Qubilay menggantikan Ogedey sebagai Khan Agung.
2.      Invasi Mongol Sampai Baghdad JatuhInvasi Mongol terjadi pada masa pemerintahan Iltutmish pada tahun 1221 M. Orang-orang Mongol muncul untuk pertama kalinya ditepi Sungai Indus di bawah pemimpin mereka yang terkenal, Jengis Khan. Jengis Khan menjadikan orang-orang Mongol sebagai kekuatan politik dan militer yang terbesar di Asia. Dia menundukkan negeri-negeri Asia Tengah dan Asia Barat dengan cepat, dan ketika dia menyerang Jalaluddin, Syah Khawarizm yang terakhir, Syah tersebut melarikan diri ke Punjab dan mencari perlindungan di daerah jajahan Iltutmish.Kisah jaruhnya ibukota Abbasiyah pada tahun 1258, yang didirikan oleh khalifah kedua, Al-Mansur terjadi setelah diblokade kota “Seribu Satu Malam”, dinding-dinding Baghdad yang kuat diserang oleh pasukan Holako Khan pada bulan Januari 1258. Orang-orang mongol tidak mau menerima syarat-syarat yang diajukan oleh pihak Abbasiyah untuk menerima penyerahan kota. Bahkan, mereka tidak dapat menerima ancaman-ancaman yang direkayasa dan dipercayai oleh penduduk Baghdad, seperti akan hancur bagi siapa saja yang memusuhi khalifah Abbasiyah dan bila khalifah dibunuh, kesatuan alam akan terganggu, matahari akan bersembunyi, hujan akan terhenti turun, dan tumbuh-tumbuhan tidak akan hidup lagi. Hulako tidak mau menerima ancaman yang berbau gaib itu karena ia sudah dinasihati oleh para astropolognya.Akhirnya, pasukan Mongol menyerang kota pada tanggal 10 Februari 1258. Khalifah beserta 300 pejabat tinggi Negara menyerah tanpa syarat. Hulako mengenakan gelar II khan dan menguasai wilayah yang lebih luas lagi sehingga ke Siria Utara, seperti kota Aleppo, Hama, Harim.Dalam tulidan Philip K. Hitti, dijelaskan bahwa pada tahun 1253, Hulagu, cucu Jengis Khan, bergerak dari Mongol memimpin pasukan berkekuatan besar untuk membasmi kelompok pembunuh (hasyasyin) dan menyerang kekhalifahan Abbasiyah. Inilah gelombang serangan kedua yang dilakukan bangsa Mongol.Pada 1256, sejumlah besar benteng Hasyasyin, termasuk “puri induk” di Alamut, telah direbut tanpa sedikitpun kesulitan, dan kekuasaan kelompok yang ketakutan hancur-lebur. Bahkan lebih tragis lagi, bayi-bayi disembelih dengan kejam. Pada Januari1258, anak buah Hulagu bergerak untuk meruntuhkan tembok ibukota. Selanjutnya, ia ingin merebut Mesir, tetapi malang, pasukan Mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Mongol dapat dipukul di ‘Ain Jalut, Palestina, pada tahun 1260. Ia pun mengurungkan niatnya melangkahi Mesir. Atas saran Nasiruddin At-Tusi, seorang filosof muslim besar, ia membangun observatorium di Maragha pada tahun 1259.Pada tahun 1260, pasukan Hulagu mengancam Suriah Utara. Selain merebut Aleppo dan menebaskan pedangnya untuk membantai sekitar 50.000 penduduknya, dia juga merebut Hamah dan Harim. Setelah mengutus seorang jenderal untuk mengepung Damaskus, akhirnya ia -karena merasa terbebani oleh kematian saudaranya, Khan Yang Agung -pulang ke Persia. Balatentara yang ditinggalkannya, stelah menaklukkan Suriah di hancurkan pada tahun 1260 di ‘ain Jalut (mata ait Goliath).Sebagai pendiri Kerajaan Mongol di Persia-yang terbentang dari Amu Darya sampai perbatasan Suriah, dan dari pegunungan Kaukasus sampai Samudera Hindia. Hulagu adalah raja pertama yang memangku gelar II khan. Gelar ini disandang oleh para penerusnya hingga penerus ke tujuh, Ghazan Mahmud, yang dibawah kekuasaannya, islam dengan kecenderungan Syiah menjadi agama Negara. Dibawah rezim Ilkhan atau Hulagu, Baghdad diturunkan posisinya menjadi ibukota provinsi dengan nama Iraq Al-‘Arabi. Hulagu yang memerintah hingga tahun 1265 digantikan oleh anaknya, Abaqa.orang-orangMongol II Khaniyah ini bersekutu dengan orang –orang salib, penguasa Kristen Eropa, Armeria, Cilicia untul melawan Mamluk.3.      Batas Kekuasaan MongolWilayah kultur arab menjadi jajahan Mongol setelah Baghdad ditaklukkan oleh Hulagu Khan pada tahun 1258. Ia membentuk kerajaan II Khaniyah yang berpusat di Tabris dan Maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk mengembalikan wilayah-wilayah Mongol di Asia Barat yang telah lepas dari kekuasaan Mongol setelah sepeninggalnya Chinggis. Ia berangkat disertai pasukan yang besar untuk menunaikan tugas pada tahun 1253 dari Mongolia. Atas kepercayaan saudaranya tersebut, Hulagu dapat menguasai wilayah yang luas, seperti Persia, Irak, Caucasus, dan Asia kecil. Sebelum menundukkan Baghdad, ia telah menguasai pusat gerakan Syiah Islamiyah di Persia Utara, tahun 1256 yang telah bersekutu dengan Mamluk, penguasa Muslim yang berpusat di Mesir. Hubungan dinasti II Khaniyah lama-kelamaan renggang dengan saudara-saudaranya, terutama setelah meninggalnya Qubilay Khan pada tahun 1294 perselisihan dalam tubuh II Khaniyah sendiri menyebabkan terpecahnya kerajaan menjadi dinasti kecil yang bersifat local.Dari sini, dapat dilihat bahwa kultur islam yang ada di kawasan budaya arab, seperti Irak dan Siria, serta sebagian Persia sebelah barat, walaupun secara pilitis dapat ditaklukkan oleh Mongol, akhirnya Mongol sendiri terserap kedalam budaya Islam. Dapat disimplkan bahwa akar budaya islam dikawasan budaya arab diperintahkan bikan hanya dinasti yang berbangsa arab saja, tetapi siapa yang kuat akan memerintah wilayah tersebut.
4.      Dampak Serangan Mongol terhadap Islam
Ada 2 dampak akibat terjadinya Baghdad jatuh ke Mongol, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatifnya yaitu kehancuran jelas dimana-mana akibat serangan Mongol sejak wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan-bangunan yang memperburuk situasi umat islam. Pembunuhan terhadap umat islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulagu yang membunuh Khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat islam yang tidak berdosa. Argun membunuh umat islam dan mencopotnya dari jabatan-jabatan penting Negara.Bangsa Mongol yang sal mulanya memeluk agama nenek moyang mereka, lalu beralih memeluk agama Budha rupanya bersimpati kepada orang-orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan menghalang-halangi dakwah islam di kalangan Mongol. Yang lebih fatalnya lagi adalah hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyah yang didalamnya terdapat tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang lenyap dibakat oleh Hulagu.Ada pula dampak positifnya antara lain disebabkan mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat muslim dalam jangka waktu yang panjang, seperti yang dilakukan oleh Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan islam sebagai agama resmi kerajaannya, walaupun ia pada mulanya beragama Budaha. Rupanya, ia telah mempelajari agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam ialah pengaruh seorang menterinya Rasyiduddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu dialog dengannya, dan Nawruz, seorang gubernurnya untuk beberapa provinsi Siria. Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk membayar jizyah dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan islam, melarang riba, menyuruh para pemimpinnya menggunakan sorban. Ia meninggal ketika masih berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang berat sehingga ia sakit dan menyebabkan kematiannya ketika pasukannya kalah di Siria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk mengusirnya dari kekuasaannya.
Sepeninggal Gazan digantikan oleh Uljaitu Khuda Banda (1305-1316) yang memperlakukan alirah Syiah sebagai hukum resmi kerajaannya. Ia mendirikan ibukota baru yang bernama Sultaniyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas II Khaniyah. Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz dan II Khaniyah menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan antara dunia barat dan india serta Timur Jauh. Namun, perselisihan dalam keluarga Dinasti II Khaniyah menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka. [10]

C.    DAMPAK YANG DI TIMBULKAN.1. Bidang politikTerjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di Perancis, sedangkan di bagian timur terjadi perseteruan antara bani Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium timur di semenanjung Balkan. Bani Abbasyah juga bermusuhan dengan Bani Umayyah II dalam perebutan kekuasaan pada tahun 750 M. Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan kekaisaran Byzanium timur dalam memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah persekutuan antara Bani Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sddangkan bani Umayyah II bersekutu dengan Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir setelah terjadi perang salib (1096-1291).
2. Bidang Sosial EkonomiIslam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan Konstantinopel pada tahun 1453 M. Keadaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan Eropa. Islam berarti telah menguasai daerah timur tengah yang ketika itu menjadi jalur dagan dari Asia ke Eropa. Saat itu perdagangan ditentukan oleh negara-negara Islam. Hal ini menyebabkan mereka menemukan Asia dan Amerika.
3. Bidang KebudayaanMelalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai berikut.
a. Al Farabi (780-863M)Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama). Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan menerjemahkan buku-buku karya aristoteles.
b. Ibnu Rusyd (1120-1198)Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di perpustakaan-perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.
c. Ibnu Sina (980-1060 M)Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran.
4. Bidang PendidikanBanyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas Islam di Spanyol seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar di universitas-universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya, mereka mendirikan seklah dan universitas yang sama. Universitas yang pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafatBanyak gambaran berkembangnya Eropa pada saat berada dalam kekuasaan Islam, baik dalm bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi, kebudayaan, ekonomi maupun politik. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut.1.      Seorang sarjana Eropa, petrus Alfonsi (1062 M) belajar ilmu kedokteran pada salah satu fakultas kedokteran di Spanyol dan ketika kembali ke negerinya Inggris ia diangkat menjadi dokter pribadi oleh Raja Henry I (1120 M). Selain menjadi dokter, ia bekerja sama dengan Walcher menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan pengetahuan sarjan dan ilmuwan muslim yang didapatnya dari spanyol. Demikin juga dengan Adelard of Bath (1079-1192 M) yang pernah belajar pula di Toledo dan setelah ia kembali ke Inggris, ia pun menjadi seorang sarjan yang termasyhur di negaranya.2.      Cordoba mempunyai perpustakaan yang berisi 400.000 buku dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.3.      Seorang pendeta kristen Roma dari Inggris bernama Roger Bacon (1214-1292 M) mempelajari bahasa Arab di Paris (1240-1268 M). Melalui kemampuan bahasa Arab dan bahasa latin yang dimilikinya, ia dapat membaca nasakah asli dan menterjemahkannya ke dalam berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti. Buku-buku asli dan terjemahan tersebut dibawanya ke Universitas Oxford Inggris. Sayangnya, penerjemahan tersebut di akui sebagai karyanya tanpa menyebut pengarang aslinya. Diantara bukuyang diterjemahkan antara lain adalah Al Manzir karya Ali Al Hasan Ibnu Haitam (965-1038 M). Dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu yang banyak dikatakan sebagai hasil karya Roger Bacon.4.      Seorang sarjana berkebangsaan Perancis bernama Gerbert d’Aurignac (940-1003 M) dan pengikutnya, Gerard de Cremona (1114-1187 M) yang lahir di Cremona, Lombardea, Italia Utara, pernah tinggal di Toledo, Spanyol. Dengan bantuan sarjana muslim disana , ia berhasil menerjemahkan lebih kurang 92 buah buku ilmiah Islam ke dalam bahasa latin. Di antara karya tersebut adalah Al Amar karya Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi (866-926 M) dan sebuah buku kedokteran karangan Qodim Az Zahrawi serta buku Abu Muhammad Al baitar berisi tentang tumbuhan. Sarjana-sarjana muslim tersebut mengajarkan penduduk non muslim tanpa membeda-bedakan agama yang mereka anut.5.      Apabila kerajaan-kerajaan non muslim mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam, maka yang terjadi adalah pembumihangusan kebudayaan Islam dan pembantaian kaum muslim. Akan tetapi, apabila kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai kerajaan non muslim, maka penduduk negeri tersebut diperlakukan dengan baik. Agama dan kebudayaan merekapun tidak terganggu.6.      Banyak sarjana-sarjana muslim yang berjasa karena telah meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan karya mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa meskipun ironisnya diakui sebagai karya mereka sendiri.Akibat atau pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan Islam ini menimbulkan kajian filsafat Yunani di Eropa secara besar-besaran dan akhirnya menimbulkan gerakan kebangkitan atau renaissans pada abad ke-14. berkembangnya pemikiran yunani ini melalui karya-karya terjemahan berbahasa arab yang kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau pencerahan pada abad ke-18 M.Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad dihadapakan pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen atau meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim mati terbunuh secara tragis. Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan undang-undang yang berisi pengusiran muslim secara pakasa dari spanyol. Dengan demikian, lenyaplah Islam dari bumi Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi kenangan.Jatuhnya peradaban dan kebudayaan Islam setelah diakulturasikan antara kebudayaan Barat dengan kebudayaan umat Islam membuahkan sekulerisme dunia Islam. Karenanya tidak mengherankan bila sekarang ini kita dapat menemukan dengan amat mudah akibat-akibat yang ditimbulkannya, antara lain sebagai berikut:a.   Kebudayaan yang diterapkan di dunia Islam sekarang ini telah tercemar dalam kondisi cukup parah oleh kebudayaan Barat, dan lebih parahnya lagi kebudayaan itu dijadikan sebagai konsepsi kebudayaan umat Islam.b.  Masyarakat kaum Muslimīn telah menjauhi konsepsi masyarakat Islam yang dulu berdasarkan ‘aqīdah, ide-ide, jiwa dan peraturan Islam. Sekarang ini mereka lebih mirip dengan masyarakat Eropa, Amerika, Rusia dan Cina daripada masyarakat Islam.c.    Prinsip-prinsip sosio budaya yang dipratekkan oleh umat Islam telah jauh dari prinsip-prinsip sosio budaya Islam, baik dari segi hubungan antara qaum pria maupun wanitanya. Demikian pula halnya dengan segi-segi hiburan, kesenian, peragaan, busana ataupun bentuk-bentuk bangunan (arsitektur).d. Dengan semakin giatnya akulturasi dalam bidang kesenian, seni umat Islam telah diwarnai oleh kesenian Barat yang sekularistik. Dengan demikian semakin banyaklah karya seni kaum Muslimīn sā‘at ini yang berlawanan dengan konsepsi seni Islam.




[1]. Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010) hal. 231
[2] Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) hal. 77
[3]. Prof. Dr. H. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Prenada Media, 2004) hal. 182

[4] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, hal. 234-236
[5] Ibid., hal. 137
[6] Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal. 77
[7] Prof. Dr. H. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, hal. 184
[8] Ibid., hal. 79
[9] Ibid., hal. 241
[10].Dedi Supriyadi, M.A, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008) Hal. 177-186